Nonton Bareng dan Diskusi Pendidikan Melalui Film Sokola Rimba

Oleh: David Silitonga,Dept. Pendidikan BEMJ PGSD




Acara nonton bareng dan diskusi film Sokola Rimba diselenggarakan oleh Bincang Edukasi bekerjasama dengan inibudi.org, SAE Institute Jakarta, danYayasan Sokola pada hari Sabtu, 10 Mei 2014 pukul 14.00 WIB di SAE Institute Jakarta dengan narasumber Butet Manurung (Founder YayasanSokola) danNajelaa Shihab (Founder inibudi.org dan Sekolah Cikal) dengan Kreshna Aditya sebagai moderator.
Sokola Rimba adalah sekolah yang didirikan oleh Butet Manurung besertarekan-rekannya, sesame relawan melalui Yayasan Sokola untuk mengajar anak- anak suku anak dalam di daerah Jambi, Pulau Sumatera. Kata Sokola berasal dari bahasa Suku Anak Dalam yang berarti sekolah. Sokola Rimba terdapat di 5 daerah yaitu: Jambi, Flores, Makasar, Kabupaten Bulukumbam, dan Asmat (Papua). Sokola Rimba sengaja dibuat di pulau- pulau besar  yang berbeda- beda agar setiap pemerintah daerah di pulau tersebut dapat mengadopsi program SokolaRimba.
Dalam adatistiadat Suku Anak Dalam, setiap anak memiliki hak yang sama seperti orang dewasa di muka umum dalam bermusyawarah dan mengeluarkan pendapatnya (anak – anak diikutsertakan: haknya diakui). Mereka belajar tanpa batasan akan waktu dan ruang, kapan pun dan dimana pun mereka mau belajar, relawan akan meladeni semangat mereka untuk belajar.
Sokola Rimba tidak menerapkan kurikulum nasional karena yang mereka butuhkan adalah penerapan konkretnya dalam kehidupan sehari – hari bukan untuk nilai UN yang tinggi namun tidak dapat survive di zaman yang mengancam keberadaan suku mereka. Sokola Rimba tidak memiliki dan tidak menggunakan laporan evaluasi berupa nilai/raport tapi mereka memiliki catatan “sudah sampai di level manakah anak tersebut belajar”. Pemerintah harus mendukung cara hidup dan cara belajar Suku Anak Dalam, bukan menggantikannya dengan kurikulum nasional. Praktik belajar mengajar di kota maupun di rimba semestinya sama, yaitu memperhatikan kebutuhan setiap anak. Pendidikan yang terpenting untuk Anak Rimba adalah pendidikan yang membuat mereka siap menghadapi perubahan.
Sejak kecil, Butet Manurung sudah memiliki mimpi untuk masuk kehutan dan mengajar di sana. Bagi Butet Manurung, dalam mengajar yang terpenting adalah anak- anak Sokola Rimba selalu merasa senang selama belajar serta mereka dapat berguna untuk orang – orang di sekitarnya, khususnya Suku Anak Dalam. Sebagai guru relawan, bagi beliau bahagia yang tidak bisa diperoleh di tempat lain adalah mendapati anak didiknya di Sokola Rimba sudah dapat menulis, membaca, dan berhitung dengan lancar.
“Aku banyak mengajar di sini namun sesungguhnya akulah yang banyak belajar di sini”, kata Butet manurung yang diperankan oleh PrisaNasution dalam film Sokola Rimba.

Komentar