-Netty
Virgiantini-
Identitas Buku
Judul :
Jodoh Terakhir
Pengarang :
Netty Virgiantini
Penerbit :
PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit :
Jakarta, Juli 2010
Tebal
buku :
192 halaman, 20 cm
ISBN : 978-979-22-5969-8
Penulis
Resume : Hani Selpiani
“Minggu depan kamu
harus menikah! Kalau tidak, kamu boleh angkat kaki dari rumah ini!”
Neyna terkejut saat
mendengar Bapak mengultimatumnya seperti itu.Umurnya yang telah mencapai empat
puluh tahun, memaksa bapaknya untuk menjodohkan Neyna. Dan dalam perjodohannya
kali ini, tidak disebutkan nama ataupun foto sang calon suaminya. Setelah
berdebat cukup lama dengan keadaan lapar dan mengantuk karena sepulang kerja
tadi Neyna tidak sempat makan malam, akhirnya ia diberikan waktu dua hari untuk
memikirkan keputusan yang akan ia ambil.
Dalam waktu dua hari
itu, Neyna teringat kembali pada tetangga sekaligus adik dari mantan pacarnya,
Deni, yang telah menjadi sosok dewa penolong dan pendengar setianya selama
ini.Ia adalah Damar. Neyna mencoba untuk menghubungi nomor ponsel Damar, tetapi
tidak ditemukan hasil yang diinginkan.Nomor Damar tidak dapat dihubungi.Hari
pertamanya pun dihabiskan untuk menghubungi Damar, dan tidak mendapatkan hasil
apapun.
Di hari kedua, Neyna
tidak bisa bersabar lagi. Setelah ia terbangun, ia langsung mendatangi rumah
Damar. Untungnya, ia bertemu Damar. Mereka langsung membuat rencana untuk
bertemu, saat jam istirahat makan siang.Saat jam istirahat tiba, Neyna sudah
tidak sabar lagi untuk mendatangi Damar. Ketika ia sedang menyalakan motornya
untuk menyusul Damar ke kantor, Damar sudah berada di depan Neyna. Lalu mereka
berdua pergi ke tempat makan.Sesampainya, Neyna langsung menumpahkan seluruh
isi hatinya. Dengan sabar, Damar mendengarkan apa yang dibicarakan oleh Neyna,
walau isi dompet akan terkuras oleh banyaknya pesanan makanan sang wanita yang
sedang stres dihadapannya. Tidak seperti biasanya, kali ini Damar malah
cenderung setuju dengan Bapak Neyna.Neyna pun bingung dan terkaget-kaget saat
mengetahui bahwa kemarin Damar sengaja menghindarinya karena Damar sedang
mempersiapkan pernikahannya. Dalam keadaan Neyna yang masih kaget, Damar
mengungkapkan bahwa ia tidak bisa membantu Neyna lagi. Damar akan
menomorsatukan istri dan anaknya, dan akan mengesampingkan sahabatnya itu.
Neyna pun panik ketika ia mendengar semua yang diucapkan Damar, karena mulai
saat itu Neyna akan sendirian dalam menghadapi semua masalahnya. Tanpa berpikir
panjang, Neyna langsung pergi dalam keadaan menangis, dan kembali ke kiosnya.
Dalam kesepian yang
sedang merasuki jiwa Neyna, Deni, sang mantan pacar pertamanya datang menemui
Neyna. Kedatangan Deni malah membuat kepala Neyna semakin mau pecah, karena
Deni malah menceritakan masalah keluarganya dan rasa rindunya pada Neyna.Deni
menuduh Neyna memanfaatkan Damar yang digunakan Neyna sebagai tameng untuk
menggagalkan setiap perjodohan yang dihadapi Neyna.
Sampai detik-detik
terakhir pemberian keputusan atas pernikahannya, Neyna masih belum tahu jawaban
apa yang harus ia berikan. Denganmelihat dua sosok yang selama empat puluh
tahun sudah membimbing dan mendidiknya, ia pun menganggukkan kepalanya, tanda
ia menyetujui pernikahannya lima hari lagi. Orang tua Neyna pun sangat bahagia
mendapatkan jawaban yang diberikan oleh anak sulung mereka itu.
Namun, masih ada satu
harapan kecil dalam hati Neyna.Semoga disisa hari-hari menjelang pernikahannya
dia masih bisa menemukan jalan untuk membebaskan diri. Dengan cara dan jalan
yang lebih baik dan rapi, sehingga bisa diterima oleh semuanya. Sekecil apapun
peluangnya, Neyna akan terus berusaha sekuatnya.
Detik demi detik
terlewat dalam kegelisahan dan keputusasaan dalam diri Neyna.Ia tidak dapat
membedakan apakah kepasrahan atau keputusan yang sedang menimpanya.Di hari-hari
menjelang pernikahannya, Neyna menjadi suka menulis.Ia menulis apa yang terjadi
padanya dalam buku agendanya. Mungkin itu karena ia sudah kehilangan sahabat
yang selama ini menjadi tempat mencurahkan keresahannya.
Dalam kesepian yang
merasuk jiwa Neyna, Deni kembali datang menemui Neyna.Setiap hari Deni datang
ke kios Neyna dengan beralaskan ingin meminjam komik Connan kesukaan Deni.
Neyna pun dibuatnya semakin risih atas kehadirannya yang pasti akan menimbulkan
masalah baru.
Mas Hamdan,
pemilik kios sebelah yang sudah sangat
dekat dengan Neyna, memberikan nasihat dan memperingatkan Neyna atas kedatangan
Deni yang dapat menjadi sebuah fitnah dan akan merusak nama baik Neyna. Tak
lama sejak kedatangan Mas Hamdan, datang seorang wanita cantik yang mengaku
sebagai istri Deni, Alena.Ia menuduh Neyna ingin merebut Deni darinya. Dengan
sabar Neyna menjelaskan apa yang terjadi ada Alena yang sedang diselimuti rasa
cemburu. Tak lupa, Neyna pun memberitahukan dan mengundang Alena dan Deni untuk
datang ke pernikahannya.
Setelah kepergian
istri Deni, ponsel Neyna bordering.Telepon dari Riris, sahabatnya ketika
bekerja dulu. Riris memberitahu Neyna bahwa akan ada pameran buku di Solo.
Tanpa berpikir panjang, Neyna menyatakan bahwa besok ia akan langsung pergi ke
Solo. Riris pun akan menemaninya ke pameran buku.
Satu harapan yang
tersembunyi jauh dalam lubuk hatinya kembali berbinar.Ia berharap dapat bertemu
dengan Bram, sang mantan pacar yang sangat ia sayangi hingga saat ini.
Saat bertemu dengan
Riris di Hotel Diamond, tempat pameran buku dilaksanakan, Neyna mendapatkan
telepon dari Damar.Damar mengomel karena Neyna tidak memberitahunya tentang
kepergiannya ke Solo. Saat percakapan Neyna dengan Damar berlangsung, saat itulah
Riris mengetahui bahwa Neyna akan segera menikah. Dengan tidak sabar, Riris
langsung menggandeng tangan Neyna untuk kembali ke lobi, dan mengintrogasi
Neyna tentang pernikahannya. Disela cerita Neyna, ia malah menanyakan keadaan
Bram pada Riris. Riris pun menjelaskan bahwa Bram sudah hidup bahagia dengan
keluarganya dan tidak pernah menanyakan tentang Neyna lagi. Neyna sangat kecewa
atas penjelasan yang diberikan oleh Riris.Padahal sesungguhnya Bram selalu
menanyakan kabar Neyna.Riris terpaksa membohongi Neyna, demi kebaikan
sahabatnya itu.
Lama Neyna menangisi
kekecewaannya pada Bram.Neyna merasa sangat hancur.Setelah keadaan Neyna
membaik, Riris menyadarkan Neyna dan mengingatkan tentang pameran buku.Neyna
pun segera menyerbu buku-buku untuk koleksi kiosnya dan juga untuk koleksi
dirinya.
Dalam perjalanan
pulang ke rumahnya, Neyna kembali menangisi Bram sampai matanya bengkak. Neyna
melihat seseorang di terminal yang ia yakini sedang menunggunya. Ia adalah
Damar. Neyna bingung, Damar yang tanpa sengaja telah membuat Neyna menjauhinya,
tiba-tiba datang menjemputnya.Saat menghampiri Neyna, Damar terpaksa terlibat
pertengkaran kecil dengan tukang ojek, karena Neyna lebih memilih pulang
bersama tukang ojek dan berpura-pura tidak mengenali Damar.
Dengan kecemasan yang
menyelimuti, Damar mengendarai motornya beriringan dengan Neyna.Neyna sangat
kedinginan. Saat Neyna berusaha untuk beristirahat, ponselnya bordering. Riris
meneleponnya dan menanyakan kabar Neyna sepulang dari Solo dan tentang
pernikahan Neyna.Setelah menutup telepon dari Riris, Neyna kembali berbaring dan
menarik selimut untuknya.Dalam kehangatan selimut, butiran air mata kembali
berlinang.Neyna mengadukan semua kekecewaannya.Rasa sedih, merana, nelangsa,
bercampur aduk alam dirinya.Neyna menarik selimut hingga menutupi
mukanya.Menikmati kegelapan yang melingkupinya dan menyerah dalam tidur
lelapnya.
Keesokan harinya,
pagi-pagi sekali Damar sudah menunggu Neyna di ruang makan rumah Neyna sambil
membawakan mie goring buatan ibu Damar, kesukaan Neyna.Sambil menunggu Neyna
menghabiskan mienya, Damar mengambilkan segelas teh hangat yang membuat Neyna
terharu dan terpana atas tingkah Damar itu.
Pertanyaan
bertubi-tubi terlontar dari mulut Damar.Penekanan atas keinginan Neyna untuk
membiasakan diri menjauh dari Damar ialah jawaban atas semua pertanyaan
Damar.Tanpa sanggahan dan bantahan, Damar melangkahkan kakinya untuk
meninggalkan Neyna.Saat itu pula, Neyna merasakan kesendirian yang sangat
dalam.
Dalam dua hari, kios
Neyna tutup karena kondisi Neyna yang kurang baik.Saat Neyna datang untuk
membuka kiosnya, Mas Hamdan datang untuk membantunya dan memberitahu bahwa
selama kiosnya tutup, Deni datang mencari Neyna. Kepada Mas Hamdan, Neyna
menceritakan tentang kedatangan Alena, istri Deni, dan juga tentang ia yang
sedang menjaga jarak dengan Damar.
Setelah kepergian Mas
Hamdan, Neyna kembali menggerakkan tangannya untuk menulis dalam buku
agendanya.Saat Neyna menulis, Deni datang menemui Neyna. Deni mengungkapkan
kerinduannya pada Neyna, dan memberitahunya bahwa yang akan menikahi Neyna
adalah adiknya, Damar. Deni menuduh Neyna memanfaatkan adiknya, sehingga Damar
ingin menikahi Neyna.Seluruh langit terasa runtuh dan menimpa Neyna.Tanpa
menunggu lama, Neyna meminta Deni untuk pergi dari hadapannya.Sebelum pergi
meninggalkan Neyna, Deni meminta Neyna untuk membatalkan pernikahannya dengan
Damar, dan Deni mencium tangan Neyna yang berada dalam keadaan lemas.
Dalam hari itu, Neyna
nyaris kehilangan tenaga untuk melayani pelanggannya. Semangatnya kembali
berkobar saat ia berada di atas motornya. Dengan kecepatan penuh Neyna pulang
ke rumahnya yang telah ramai dengan sanak saudaranya yang akan menghadiri
pernikahannya besok. Tak lama setelah sampai di rumah, Neyna langsung pergi ke
rumah Damar yang juga telah ramai oleh saudaranya.Neyna tidak menghiraukan
godaan yang terlontar dari kakaknya Damar.Ia langsung menghampiri Damar ke
kamarnya.
Damar yang sedang
membungkus sebuah kado, langsung tersentak kaget ketika mengetahui siapa yang
datang menghampirinya.Perdebatan terjadi, karena Neyna teguh pada pendiriannya
agar Damar membatalkan pernikahannya, dan Damar pun meyakinkan Neyna bahwa
keputusannya untuk menikahinya ialah sungguh-sungguh dan atas dasar cinta,
bukan karena rasa kasihan seperti yang dituduh oleh Neyna.Neyna berada dalam
kemarahan yang sangat besar.Tetapi dengan cepat dan penuh kelembutan, Damar
meraih badan Neyna dan ditenggelamkannya tubuh wanita itu dalam
pelukannya.Kedua tangan Damar mendekap erat tubuh Neyna yang masih berusaha
untuk meronta.Namun, perlawanan Neyna kembali melemah.Seluruh sarafnya seolah
lumpuh oleh kehangatan yang menyelimuti sekujur tubuhnya.
Dalam hati, Neyna
bertanya-tanya, rasa seperti inikah yang membuat ibunya selalu luluh dan tak
perdaya dalam dekapan ayahnya?Rasa inikah yang melenyapkan segala kemarahan
ibunya yang sudah seperti ombak mengamuk di lautan?Mungkinkah ini senjata
andalan bapak untuk menaklukan hati ibu?
Lama.Waktu seolah
berhenti berdetak diantara mereka. Ketika akhirnya Damar melepaskan dekapannya,
Neyna langsung tersadar dan mulai berjalan mundur sambil mengancam bahwa dengan
cara apapun Neyna akan menggagalkan pernikahannya. Kemudian, ia kembali ke
rumahnya. Mengunci diri dalam kamar, memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk
menggagalkan pernikahannya besok.
Tak lama, ponsel Neyna
bordering.Telepon dari Riris. Neyna memberitahu Riris bahwa yang akan
menikahinya besok ialah Damar, dan Riris kembali menegaskan bahwa Neyna harus
melupakan Bram.
Dalam diam, Neyna
kembali memikirkan kejadian yang terjadi di kamar Damar.ia menyadari bahwa saat
itu, yang ada dalam pikirannya hanya Damar. Bahkan tak sedetikpun Bram hadir
dalam pikirannya.Namun Neyna tetap bersikeras bahwa Damar tidak
mencintainya.Damar hanya menikahinya atas dasar kasihan. Lalu terlintas dalam
pikirannya tentang bagaimana esok ia dapat menggagalkan pernikahannya.
Dengan balutan kebaya
berwarna broken white dan rok berbahan batik, Neyna menempatkan dirinya di
samping Damar, di depan penghulu. Namun, ketika penghulu akan memulai acara
ijab kabul, Neyna menghentikannya. Neyna meminta izin untuk berbicara keberatannya
menikah dengan Damar.Neyna menjelaskan semuanya.Tentang umur mereka yang
terlampau jauh, dan pernikahan mereka yang didasari oleh emosi sesaat. Namun,
Damar menjelaskan bahwa ia sama sekali tdak keberatan atas perbedaan umur
mereka, dan ia benar-benar mencintai Neyna. Setelah mendengar penjelasan Damar,
Pak Penghulu memberikan nasihat dan bercerita tentang kisah Rasulullah dengan
Siti Khadijah pada Neyna.
Perlu beberapa waktu
bagi Neyna untuk mengambil napas dan menganggukan kepalanya tanda setuju atas
pernikahan itu.Bersamaan dengan kepasrahannya, tangan Damar meraih tangan Neyna
yang menunjukkan kegelisahan.Neyna pun kembali merasakan kenyamanan dan
kehangatan genggaman tangan Damar.
Dengan kesungguhan
hati, Damar mengucapkan ijab kabul. Dan saat itu pula, Bapak Neyna menggenggam
tangan Neyna.Tindakan itu meyakinkan Neyna bahwa Tuhan telah memberikan jalan
dan waktu yang terindah bagi setiap hamba-Nya.Satu kepasrahan yang berbuah
keyakinan bahwa Tuhan-lah yang telah memilihkan jodoh terakhir untuknya.
Akhirnya, Neyna dan
Damar menikah.Damar yang dulu digendong Neyna saat bayi, dan sering mengompol
dan membasahi baju Neyna, kini menjadi suaminya.Sungguh bukan hal yang pernah
terbayangkan.
Mungkin inilah yang
dimaksud jodoh, rezeki, dan maut itu adalah rahasia Tuhan.Jika Tuhan sudah
berkehendak untuk mempertemukan dua hamba-Nya menjadi pasangan hidup, siapa
yang dapat menolak?Seperti Mbak Nuning yangcantik jelita bisa berjodoh dengan
Mas Hamdan yang wajahnya berbanding 180 derajat.Tapi perbedaan itu tidak
mempengaruhi kebahagiaan mereka.
Mungkin kuncinya ialah
keikhlasan menerima pasangan hidup yang telah diberikan Tuhan sebagaimana
adanya.
Komentar
Posting Komentar